Tuesday, August 8, 2017

Hak Istri Atas Suami - Bab. 83 Kitab Mukaasyafatul Qulub

Hak Istri Atas Suami - Bab. 83 Kitab Mukaasyafatul Qulub

Hak-hak istri atas suami itu banyak, diantaranya ialah mempergaulinya dengan akhlak yang baik, memiliki ketabahan atas tingkah pola mereka, menyayangi dan toleransi atas keterbatasan akal mereka.

Allah swt. berfirman :

Dan bergaullah dengan mereka secara patut (QS. An. Nisa' 19)

Allah berfirman menerangkan kebesaran hak mereka dalam ayat :

Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat (QS. An-Nisa:21)

Dan Allah berfirman :

"Dan berbuat baiklah kepada teman sejawat..." (QS. An-Nisa:36) Dikatakan bahwa dia adalah perempuan.

Wasiat terakhir Rasulullah saw. ada tiga hal, beliau mengatakannya sekalipun lidahnya tertahan-tahan dan pembicaraannya terdengar samar. Berlaiu bersabda :

(Peliharalah) Shalat, shalat ; Apa yang dimiliki tangan kanan Anda (Seperti budak), jangan memaksakan mereka apa yang mereka tidak mampu, Allah, Allah (takutlah kepada Allah) mengenai wanita. Karena mereka adalah tawanan ditanganmu. Anda telah mengambilnya dengan amanat Allah dan menjadikan halal farjinya dengan kalimat Allah."

Video Ceramah Hak Istri Atas Suami 

Video ceramah Buya Yahya tentang kewajiban Suami kepada istri. Video dibawah diambil dari chanel youtube para pejalan, jangan lupa untuk like dan subscribe :D



Tulisan Terkait:
  1. Hak Suami Atas Istri
  2. Terjemahan Kitab Mukaasyafatul Qulub

Nabi saw. bersabda : "Barangsiapa yang bersabar atas keburukan budi pekerti istrinya, Allah akan memberinya pahala seperti apa yang diberikan kepada Nabi Ayub. dan barangsiapa yang bersabar atas kejelekan budi pekerti suaminya, Allah akan memberikan pahala seperti pahala Asiyah, istri Firaun."





Ketahuilah, sesungguhnya yang dimaksud baik budi pekertinya bersamanya bukan berarti menahan dari menyakitinya, tetapi bersabar disakiti istri dan menyantun waktu istri kurang sabar dan marah, karena hal itu mengikuti jejak Rasulullah saw. Sungguh istri-istri beliau membantah (menolak) pembicaraan dan pernah seorang dari mereka mendiamkan beliau sehari semalam.

Istri Umar pernah membantah (melakukan pembangkangan) Umar dalam suatu pembicaraan. Lalu Umar berkata : "Adakah Anda menolak berbicara kepadaku, wahai perempuan tercela?" Istrinya berkata : "Sesungguhnya istri-istri Rasulullah menolak pembicaraan beliau, sedang Beliau lebih utama daripada Anda. Umar berkata : "Celakalah Hafsah dan rugilah dia kalau kalau dia menolak pembicaraan pada beliau."

Kemudian Umar berkata kepada Hafsah sendiri : "Janganlah Anda tertipu dengan putri Abu Quhafah (Aisyah, Putri Abu Bakar) karena sesungguhnya dia adalah kecintaan Rasulullah saw. Dan Umar pun menakut-nakutinya (memperingatkan) agar tidak melawan pembicaraan Rasulullah).

Diriwayatkan, sesungguhnya seorang dari istri-istri itu ada yang pernah mendorong dada Rasulullah saw. sehingga ia dibentak oleh ibunya, lalu nabi saw. bersabda : "Biarkanlah dia karena sesungguhnya mereka berbuat lebih banyak daripada itu."

Pernah Nabi saw. dengan Aisyah terlibat suatu pembicaraan, sehingga mereka memaksa Abu Bakar masuk di antaranya sebagai penengah dan beliau meminta kesaksiannya.

Dihadapan Abu Bakar, Rasulullah bersabda kepada Aisyah : "Aisyah, Anda yang akan berbicara atau Aku?" Aisyah berkata : "Silahkan Anda bicara, dan jangan Anda berkata, kecuali yang benar." Lalu Abu Bakar memukul mukanya (Aisyah) hingga mulutnya berdarah, dan berkata : "Hai perempuan yang memusuhi dirinya sendiri, adakah beliau mengatakan perkataan yang tidak hak?" Lalu Aisyah meminta perlindungan pada Rasulullah saw. dan duduk dibelakang punggung beliau. Kemudian Nabi Muhammad saw. bersabda kepada Abu Bakar : "Aku tidak akan membiarkan Anda berbuat begini, dan juga tidak menginginkan dari Anda begini."

Pada suatu ketika Aisyah juga pernah berkata kepada beliau dalam suatu pembicaraan, pada saat itu ia sedang marah di hadapan beliau : "Engkau yang mengira dirimu Nabi Allah." Mendengar ucapan Aisyah itu, beliau tersenyum. Beliau menghadapinya dengan penuh kesabaran, santun dan murah hati. Beliau bersabda kepadanya : "Aku tidak tahu, apakah kemarahanmu itu karena keridhaan Anda." Aisah berkata : "Bagaimana Anda mengetahuinya?" Beliau bersabda : "kalau begitu Anda ridha?" Dia berkata : "Tidak, demi Tuhan Muhammad." Beliau bersabda: "Kalau begitu Anda marah." Aisyah berkata : "Anda benar, aku hanya mendiamkan nama Anda."

Dikatakan, sesungguhnya pertama kali kecintaan dalam islam adalah kecintaan Nabi Muhammad kepada Aisyah ra. Beliau pernah berkata kepadanya : " Aku terhadap Anda adalah seperti Abi Zar' pada Ummi Zar', hanya saja aku tidak akan menceraikanmu."

Beliau bersabda : "Janganlah anda menyakitiku mengenai Aisyah. Karena sesungguhnya demi Allah, tidak pernah turun wahyu padaku saat aku berada dalam selimut seorang perempuan dari Anda selain dia."

Anas bin Malik ra. berkata, Beliau adalah paling menyayangi perempuan dan anak-anak dari manusia lain.

Diantara hak istri atas suami itu, hendaklah seorang suami lebih banyak menyabarkan hatinya atas perlakuan yang menyakiti hati, dengan jalan merayu, bersenda gurau dan bermain-main bersamanya. Karna semuanya itu adalah hal-hal yang dapat membuat kelegaan hati perempuan (istrinya).

Sungguh rasulullah saw. bergurau bersama istri-istri beliau dan turun ke tingkat-tingkat akal dalam perbuatan dan budi pekerti (Beliau menyesuaikan diri dengan tingkat dan keterbatasan akal mereka). Sehingga diriwayatkan, bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw. pernah berlomba dengan Aisyah dalam berlari (saling kejar mengejar). Beliau mendahului Aisyah dan pada kesempatan lain Aisyah dapat mendahului beliau. Sehingga beliau bersabda : "Yang ini mengimbangi yang dulu itu (satu-satu)."

Disebutkan dalam khabar, bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw. adalah orang yang menyukai bersenda gurau bersama istri-istrinya.

Aisya ra berkata : "Aku pernah mendengar beberapa suara manusia dari orang-orang Habsyi dan juga yang lain. Mereka sedang bermain-main pada hari Asyura'. Lalu Rasulullah saw. bersabda kepadaku: 'Adakah Anda suka untuk melihat permainan mereka?' " Aisyah berkata : "Ya" Kemudian Beliau mengutus utusan kepada mereka. Rasulullah saw. berdiri diantara dua pintu, meletakkan telapak tangannya pada pintu dan mengulurkan tangannya serta meletakkan daguku diatas tangannya itu. Mereka terlibat bermain, dan aku melihat. Rasulullah bersabda : "Sudah cukupkan engkau? Aku berkata : "Diamlah, dua atau tiga kali." Kemudian beliau berkata : "Hai Aisyah, sudah cukupkah Anda?" Aku berkata : "ya, sudah." Lalu beliau mengisyaratkan kepada mereka lalu mereka bubar."

Rasulullah saw. bersabda : "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling belas kasih diantara mereka kepada keluarganya (istrinya)." Nabi saw. bersabda : "Sebaik-baik Anda adalah yang paling baik terhadap istrinya dan aku adalah orang yang paling baik dari Anda kepada istriku."






Umar ra. sebagai sosok yang dikenal begitu keras, ia berkata : "Seharusnya seorang laki-laki ketika berada di dalam keluarganya seperti anak kecil. Lalu apabila mereka meminta apa yang ada disampingnya, dia ditemukan sebagai seorang laki-laki."

Luqman berkata : "Seharusnya bagi mereka yang berakal, ketika berada bersama keluarganya, seperti anak kecil dan berada di tengah-tengah kaum, dia ditemukan sebagai seorang laki-laki."

Di dalam sebuah penfasiran mengenai khabar yang diriwayatkan, disebutkan: "Sesungguhnya Allah murka terhadap orang al-ja'zhari Al-Jawwaz. Dikatakan, dia adakah orang yang keras, kasar dan sombong terhadap keluarganya." Yang demikian ini merupakan salah satu pendapat mengenai makna dari firman Allah swt: "Yang kaku kasar...." (QS. Al-Kalam:13)

Dikatakan, lafas 'utulin dalam ayat tersebut adaah orang yang bicaranya kasar dan hatinya keras terhadap keluarganya.

Nabi Muhammad saw. bersabda kepada Jabir: "Hendaklah Anda kawin dengan seorang gadis, engkau akan dapat mencumbuinya dan diapun akan mencumbui anda."

Seorang perempuan Badui Arab menerangkan sifat suaminya yang telah mati. Demi Allah, sungguh dia adalah orang yang banyak tertawa ketika masuk (bermain cinta dengannya) dan banyak diam ketika keluar. Dia selalu makan apa adanya, dan tidak meminta sesuatu yang tidak dia temukan.

Diantara hak istri atas suami, ialah hendaklah suami tidak terlalu vulgar dalam bercumbu rayu, hendaklah ia tetap melakukannya dalam bingkai ahlak yang mulia, tidak terlalu menuruti kemauan hawa nafsunya, sampai kepada batas yang dapat merusak budi pekerti istri, sehingga kewibawaannya menjadi jauh dan sirna dihadapan istri. Tetapi harus tetap memelihara batas kewajaran di dalam semua itu.

janganlah seorang suami mengorbankan kewibawaannya, dengan tidak tahu menahu dan tidak pula menegur istrinya yang telah berbuat kemungkaran, jangan sampai dia membuka pintu toleransi atau bahkan menolongnya ketika ia melihat istrinya berbuat mungkar.

Hasan berkata: "Demi Allah, tidak bagi-bagi seorang laki-laki mentaati istrinya didalam hal disenangi hawa nafsunya, kecuali Allah akan membuatnya tersungkur dalam neraka."

Umar ra. berkata: "Tentanglah istri, karena di dalam menentangnya terdapat berkah (jangan selalu diturutkan kemauannya, karena ia kurang bisa mengendalikan emosinya).





Dikatakan: "Bermusyawarahlah dengan istri-istri Anda, tetapi tentanglah mereka." Nabi Muhammad saw. bersabda: "celakalah suami yang menghamba kepada istrinya." Sesungguhnya beliau bersabda demikian hanyalah karena apabila suami mentaatinya dalam hal hawa nafsunya, maka dia adalah hambanyya dan benar-benar celaka. Karena Allah telah menguasakan dirinya menjadi sebaliknya (memiliki kelebihan daripada istrinya.) Dan si wanita (istri) lebih mudah terpengaruh dan mentaati setan.

Allah swt. berfirman: "...dan akan saya suruh mereka (merubah ciptaan Allah) lalu benar-benar mereka merubahnya." (QS. An-Nisa:119). Adalah menjadi hak suami, hendaklah ia sebagai orang yang diikuti bukan mengikuti istrinya.

dan Allah menyebutkan bahwa : "orang laki-laki itu pemimpin kaum wanita." (QS. An-Nisa:34) Dan Allah juga menyebutnya sebagai Sayid (Tuan), sebagaimnana firman-Nya: "....dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu itu..." (QS. An-Nisa:25)

Imam syafi'i: "Ada tiga orang, jika Anda memuliakan mereka, maka ia akan menghindakan Anda, Jika Anda menghinakan mereka maka mereka akan memuliakan Anda. Yaitu, wanita (istri), pelayan dan rakyat jelata." Maksudnya jika Anda murni dalam memuliakan (selalu memuliakan) tidak mencampur kekerasan dengan kelembutan Anda dan kekasaran dengan kehalusan Anda.